• Post author:
  • Post category:Berita

[av_textblock size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” font_color=” color=” id=” custom_class=” av_uid=’av-k9kyze9a’ admin_preview_bg=”]

Syaema Maulida bersama teman satu timnya menunjukkan “Kenicare” masker kecantikan kreasinya

Unimus │(19/07/2018) Kenikir yang juga dikenal dengan daun ulam raja ini adalah jenis sayuran. Dan cukup banyak orang yang memanfaatkannya sebagai campuran sayur. Dan ternyata di sisi lain daun kenikir dimanfaatkan sebagai sayur masakan tapi juga bisa diolah produk kecantikan. Kenikir mengandung anti radikal bebas yang dihasilkan dari polusi udara, kenikir juga memiliki kandungan flavonoid dan lain-lainnya akan berfungsi sebagai antioksidan yang akhirnya akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Itu yang menjadi pijakan bagi Syaema Maulida mahasiswa S1 Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) berinovasi menyulap kenikir menjadi masker kecantikan.

Produk tersebut tercipta berkat proposal yang diusulkan ke Kemenristek Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2018. Syaema Maulida dan dua temannya  berhasil mendapatkan dana hibah PKM dari Kemenristek Dikti dan melakukan wirausaha membuat masker kenikir dengan bimbingan dr. Oky Rahma Prihandini, Sp.A, MSi.Med dan menamai produknya dengan “Keni-care” yaitu masker eksrak daun kenikir untuk perawatan wajah. “Kenikir banyak di jumpai di pekarangan dan kebun sekitar rumah, selain dimanfaatan untuk sayur ternyata memiliki berbagai kandungan zat bermanfaat. Kenikir mengandung kalsium, flavanoid, saponin, tokoferol, terpenoid dan lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit dan kecantikan” papar Syema ketika dijumpai dalam bazar kewirausaan di  halaman Unimus.

Kenicare, masker Kenikir kreasi Syaema

“Pembuatan masker Kenicare sangat mudah. Daun kenikir segar di keringkan dan dijadikan ekstrak, pengeringan di alam terbuka tanpa pemanasan agar tidak rusak kandungannya. Setelah kering di haluskan dan ditambah etanol khusus kecantikan selama tiga hari dengan perbandingan 1:4. Baru kemudian disaring dan diambil endapannya untuk selanjutnya dicampur dengan tepung beras dan bahan lainnya” jelasnya. Syema mengungkapkan bahwa pemasaran dilakukan secara online dan penjualan lansung pada bazar, pameran-pameran.  “Kedepan saya ingin terus mengembangkan produk ini. Termasuk memperbaiki packaging dan memperluas konsumen. Saat ini pemasaran masih dilakukan secara online melalui media sosial Instagram” ungkapnya.

 Reportase UPT Humas dan Protokoler
[/av_textblock]